Menantu Dewa Obat ~ Bab 14
Bab 14
Hotel Times, hotel termewah di kota
Carson.
Hotel ini memiliki sembilan lantai
secara total dan harga kamar di setiap lantai berbeda. Semakin tinggi lantai,
semakin tinggi juga harga kamarnya dan itu juga merupakan simbol sebuah status.
Lantai pertama hotel yang paling
murah pasti jenis tempat yang hanya bisa dimasuki jutaan orang
Ulang tahun ke-70 Tommy Shu, lelaki
tua dari keluarga Shu hanya dapat diadakan di lantai tiga Hotel Times.
Meski begitu orang-orang dari
keluarga Shu terlihat sangat bersemangat. Harus diingat bahw selain Tommy Shu,
semua orang dari keluarga mereka paling – paling hanya pernah ke lantai dua.
Siapa yang pernah ke lantai tiga?
Tommy sendiri tidak memenuhi syarat
untuk dapat masuk ke lantai tiga tetapi kali ini karena ada seorang pria dengan
status yang agak lumayan yang membantunya untuk dapat mengadakan ulang tahunnya
di lantai tiga hotel tersebut.
Dan oleh karena itu Tommy sengaja
mengundang semua kerabat dan teman-temannya hanya untuk berpamer di depan
mereka.
Nara mengikuti orang tuanya ke lantai
tiga hotel itu. Ruangan itu begitu penuh dan bising.
Axel dulunya memiliki status yang
tinggi dalam keluarga Shu tetapi sekarang ketika dia datang ke sini tidak ada
seorangpun yang memandangnya.
Di aula itu wajah Tommy tampak begitu
senang dan dia terus mengobrol dengan semua orang yang ada di sekitarnya.
Alex Shu dan Xavier Shu mengikutinya.
Wajah mereka berseri – seri seperti bunga yang mekar di musim semi. Mereka
terlihat sangat bangga.
Axel hanya menghela nafas dan mencari
meja kemudian duduk.
Axel yang baru saja duduk mendengar
suara yang terdengar sinis:”Yo, paman, kau sudah datang!”
Keempatnya menoleh ke arah suara itu.
Mereka melihat Xavier berjalan dengan penuh kesombongan.
Xavier melirik mereka berempat lalu
berkata dengan nada yang sangat berlebihan: “Mengapa aku tidak melihat ipar
laki-lakiku yang tak berguna itu? Dia seharusnya tidak absen pada kesempatan
ini kan? Apalagi dia tidak pernah melihat makanan seperti ini seumur hidupnya.
Aku bahkan masih membantunya menyiapkan kantong – kantong untuk membungkus
makanan ini!”
Begitu kata-kata ini terlontar semua
orang di sekitar mereka tertawa terbahak-bahak dan keluarga Nara terlihat
sangat dingin.
Tahun – tahun sebelumnya ketika Reva
pergi ke perjamuan keluarga dia mengambil kantong – kantong kemas untuk
membungkus semua sisa makanan yang ada di atas meja.
Kejadian ini telah dijadikan bahan
ejekan sampai sekarang. Dan Xavier akan selalu mengungkit masalah ini setiap
kali dia melihatnya.
Wajah Alina memerah dan mereka juga
mengutuk Reva di dalam hati mereka. Mereka semua menyalahkannya karena
menyebabkan semua orang kehilangan muka.
“Kak, kau sangat lucu. Kau tak
tahukah ini tempat apa? Orang yang tak berguna itu mana ada hak untuk masuk
kesini? Walaupun dia masuk kesini juga dia tak akan semeja dengan kita kan ?”
Seorang gadis dengan pakaian cantik mendekatinya. Dia adalah Kesya Shu, adik
perempuan i Xavier.
Kesya memang cantik tetapi jika
dibandingkan dengan Nara, kecantikannya tak bisa menandingin Nara. Justru
karena alasan inilah Kesya selalu sangat iri dan membenci Nara sampai ke
intinya.
Xavier berkata: “Kesya, kalau begitu
kau tidak memahami kakak ipar kita. Jika dia datang ke sini, bagaimana mungkin
dia tidak makan semeja dengan kita? Hal apalagi yang tidak dapat dilakukan oleh
orang yang begitu tamak dan tidak tahu malu itu!”
“Kak, kau sudah salah paham.
Maksudku, orang-orang seperti Reva jika benar-benar ingin masuk tempat ini
palingan juga hanya bertugas sebagai pelayan yang membawakan sayur dan makanan
saja!” Kesya tersenyum dan berkata: “Apakah seorang pelayan cukup memenuhi
syarat untuk duduk di sini dan makan ?”
Orang-orang di sekitar tiba-tiba
tertawa terbahak-bahak dan Xavier semakin tertawa: “Kesya, kau benar – benar
lebih pintar, mengapa tidak terpikirkan olehku? Kak Nara, Reva tidak akan benar
benar menjadi pelayan malam ini, kan?”
Kesya langsung mencibir: “Aku ingat,
sepertinya hari ini adalah hari ulang tahun kak Nara juga. Kak Nara, suamimu
sampai sekarang belum datang. Jangan – jangan dia telah lupa dengan hari ulang
tahunmu?”
Wajah Nara tampak pucat, dia
menggertakkan giginya dan tidak berbicara.
Axel, Alina, dan Hana merasa sangat
malu dan mereka semua mengutuk Reva dengan keras di dalam hati mereka.
Di waktu bersamaan sebuah suara
lembut tiba-tiba terdengar dari luar pintu: “Meskipun aku melupakan ulang
tahunku sendiri, aku juga tidak akan melupakan ulang tahun Nara seumur
hidupku!”
Semua orang menoleh dan melihat Reva
yang mengenakan jas dan sepatu kulit berjalan dengan buket bunga di tangannya.
Dia mengabaikan semua orang yang ada
di tempat itu. Dia berjalan langsung ke Nara, berlutut dengan satu lutut dan
menyerahkan bunga di tangannya: “Sayangku, maaf, aku datang terlambat!”
Reva pada dasarnya memang tampan.
Hanya saja biasanya dia tak punya
waktu untuk berdandan dengan rapi. Kali ini Reva datang dengan penampilang yang
berbeda.
Dia mengenakan setelan jas yang bagus
dan terlihat lebih tampan.
Dia muncul seperti ini bagaikan
seorang pangeran yang tampan dan segera menarik perhatian gadis – gadis di
dalam ruangan yang tak terhitung jumlahnya.
Nara tampak bingung, dia tidak
menduga Reva akan datang. Dan lebih terkejut lagi melihat Reva muncul dengan
penampilan seperti itu.
Baru saja dia diejek oleh begitu
banyak orang dan telah menanggung begitu banyak tekanan. Dan sekarang saat dia
melihat Reva entah kenapa dia merasa bahwa sarafnya yang tadi begitu tegang
akhirnya bisa rileks.
Air mata yang telah ditahan di
matanya sedari tadi akhirnya meledak pada saat ini.
Semua kekeraskepalaan dia terlihat
sangat rentan di depan Reva!
Reva yang melihat Nara menangis
hatinya seperti tertusuk. Dia berdiri dan dengan berani meraih tangan Nara lalu
dengan tegas menariknya ke sisinya.
“Jangan menangis.” Reva berbisik:
“Aku berjanji aku tidak akan pernah membiarkanmu menderita sedikit pun seumur
hidup ini!”
Nara tidak berbicara. Saat ini dia
merasakan rasa aman dan nyaman yang belum pernah dia rasakan sebelumnya.
Meskipun Reva meraih tangannya dengan
tiba-tiba tadi tetapi entah mengapa dia enggan untuk menariknya kembali.
Xavier tiba-tiba tertawa dan berkata:
“Yoo, bukankah ini kakak ipar ku. Benar kan kata-kataku tadi, dia tidak mungkin
tidak datang ketika mengetahui dapat mendapatkan sesuatu disini.”
Ada ledakan tawa di sekitar ruangan
itu. Kesya melirik Reva dan dengan sinis berkata: “Reva, bajumu terlihat bagus,
di mana kau menyewanya?”
Xavier berkata dengan
sungguh-sungguh: “Menyewa pakaian untuk menghadiri suatu perjamuan? Aku juga
sudah tak tahu harus berkata apa. Sebagai manusia yang paling penting adalah
rendah hati, terlalu suka pamer juga itu bukan hal yang baik!”
Axel, Alina dan yang lainnya juga
menatap Reva dengan marah. Mereka mengutuk Reva yang tiba – tiba hadir disini
di saat ini. Bahkan telah menyewa pakaian untuk menghadiri acara ini. Bukankah
ini sengaja ingin mempermalukan mereka?
“Apa yang kau lakukan di sini?” Alina
berkata dengan marah.
Reva: “Hari ini adalah hari ulang
tahun Nara dan aku di sini untuk merayakannya.”
“Merayakan?” Alina berkata dengan
dingin, “Menyewa pakaian dan merayakan ulang tahun istrimu di acara ulang tahun
orang lain? Reva, bisakah kau lebih tidak tahu malu lagi?”
Orang-orang di sekitarnya tertawa
lagi. Reva menunjukkan ekspresi yang biasa saja dan berkata dengan lembut: “Ma,
aku sudah menyiapkan pesta ulang tahun untuk Nara!”
“Sudah menyiapkan pesta? Di mana?
Kenapa aku tidak melihatnya?” kata Alina dengan dingin.
“Ada di lantai sembilan.” Reva
tersenyum ringan.
“Lantai sembilan?” Semua orang di
sekitarnya tercengang dan Kesya adalah orang yang pertama tertawa: “Aiihh, kak
Nara, kau dengar tidak? Reva telah menyiapkan pesta ulang tahun untukmu di
lantai sembilan!”
Xavier: “Hahaha, ini sangat menarik.
Reva, ternyata kau lebih tak tahu malu dari yang aku pikir!”
“Hei, sebagian orang hidup dalam
dunia halusinasi.”
“Mempunyai suami seperti itu
benar-benar memalukan!”
Banyak sekali komentar diantara tamu
– tamu dan keluarga. Alina sekeluarga tampak pucat.
“Reva, kau bisa lebih sadar diri
sedikit tidak!” Ujar Alina dengan marah.
“Ada apa denganku?” Reva berkata dengan polos.
“Kau bilang kau telah menyiapkan
pesta ulang tahun untuk Nara di lantai sembilan?” Alina berkata dengan keras,
“Oke, kalau begitu kau bisa pergi ke lantai sembilan dan tunjukkan padaku!”
“Ma …” Ekspresi Nara terlihat
berubah.
Lantai sembilan itu tidak semua orang
bisa naik dan masuk kesana. Jika naik kesana dan tak sengaja menabrak seseorang
yang berstatus tinggi disana itu sama saja dengan mencari mati!
“Setuju!” Orang-orang di sebelahnya
segera berkata: “Ya, Reva, jika kau dapat pergi ke lantai sembilan, kami akan
mempercayaimu!”
Wajah Reva terlihat tenang dan dia tersenyum
ringan: “Pesta ulang tahun di lantai sembilan belum siap, jadi belum waktunya
untuk naik kesana saat ini. Nanti begitu sudah siap kita akan naik!”
“Aduhh, Reva kau membual seperti ini
sampai dirimu sendiripun terlena di dalamnya!” Xavier tertawa dan berkata:
“Baiklah, Bos Lee, kalau begitu kita akan menunggu dan melihat kapan pesta
ulang tahunmu siap!”
Semua orang tertawa dan memandang
Reva dengan aneh.
Lantai sembilan itu tempat apa?
Bahkan kakek dari keluarga Shu saja belum cukup memenuhi syarat untuk masuk
kesana. Sedangkan Reva dengan entengnya berkata sedang menyiapkan pesta ulang
tahun disana?
Hehehe siapa yang dapat
mempercayainya?
Post a Comment for "Menantu Dewa Obat ~ Bab 14"