Perintah Kaisar Naga ~ Bab 94
Bab 94
Dave memang merasa dirinya
tidak perlu turun tangan, sedangkan Rico memang ketakutan hingga tidak berani
bergerak lagi!
“Sudahlah, tidak usah
menghiraukan dua orang pengecut itu, satu orang pergilah keluar dan pesankan
Lafite, kita minum–minum….”
Billy berkata sambil melambaikan
tangannya!
Segera, seseorang keluar untuk
memesan anggur, sedangkan yang lainnya menatap Dave dan Rico dengan tatapan
dingin, tidak ada yang menghiraukan mereka!
Pada saat itu, pria paruh baya
botak itu membawa dua orang pengawalnya masuk kedalam ruang manajer Surau Royal
KTV.
Ruangan manajer didekorasi
dengan mewah, seorang pria yang mengenakan jas duduk dibelakang sebuah meja
kerja yang memiliki panjang hampir 3 meter, dan dibelakang pria itu terlihat
seorang wanita yang mengenakan gaun dengan sisi gaunnya yang terbuka hingga ke
bagian pinggang, memperlihatkan kulit putih halus, dengan riasan wajah yang
tebal, sedang memijat pria bersetelan jas itu!
Pria bersetelan jas itu adalah
manajer dari Surau Royal KTV, Dexter, dia juga bisa dianggap sebagai tangan
kanannya Yansen, kalau tidak, Yansen tidak akan mungkin menyerahkan KTV ini
untuk diurus olehnya!
“Pak Fitra, ada masalah apa
yang membuatmu sampai datang keruanganku untuk mencariku?”
Dexter menyipitkan matanya dan
bertanya dengan tenang.
“Pak Dexter, Surau Royal KTV
milik kalian ini sudah terlalu kacau, tadi ada segerombolan anak muda yang
berani turun tangan memukuli bawahanku, bahkan jejak kakinya masih membekas di
perut bawahanku!”
Fitra si pria paruh baya botak
itu berkata sambil menunjuk–nunjuk bawahannya!
Di perut bawahan itu terlihat
luka memar akibat tendangan itu!
“Terjadi masalah seperti itu
ya?” Dexter membuka matanya, dan meluruskan duduknya : “Siapa yang
melakukannya? Apakah orang–orang dari Geng Naga Api?”
Menurut Dexter, hanya
orang–orang dari Geng Naga Api sajalah yang berani membuat keributan di wilayah
mereka!
“Sepertinya bukan, mereka
hanya sekumpulan anak muda, saya mendengar suara nyanyian merdu dari beberapa
gadis yang ada diruangan mereka, dan ingin membawa mereka untuk bernyanyi
diruanganku, tidak disangka mereka malah berani bertindak.”
Tatapan Pak Fitra bagaikan
kilat dingin, dia menggertakkan giginya dan berkata: “Karena saya masih
menghormati tempat ini adalah milik Tuan Yansen, maka saya datang kemari untuk
meinberitahukan kepada Pak Dexter, kalau Pak Dexier tidak mau mengurusnya,
jangan salahkan saya kalau memanggil orang untuk mengurusnya sendiri!”
“Hanya sekelompok bocah saja,
untuk apa Pak Fitra marah–marah, saya akan mengutus orang untuk pergi bersama
Pak Fitra ya...”
Dexter berkata lalu berteriak
memanggil seseorang dari luar: “Raffi....”
Seketika, seorang pria yang
berwajah sangar dengan lengan yang penuh tato berjalan masuk!
“Kak Dexter...” Raffi menjawab
dengan penuh hormat!
“Barusan ada yang membuat
keributan di KTV, kamu ikutlah dengan Pak Fitra untuk mengurusnya, yang
terpenting jangan sampai ada yang kehilangan nyawa, belakangan ini Tuan Yansen
sudah berpesan, kita harus merendah!”
Dexter berpesan kepada Raffi!
“Baik Kak Dexter, saya mengerti…”
Raffi menganggukkan kepalanya.
“Terima kasih banyak Pak
Dexter!” Pak Fitra juga menyampaikan rasa terima kasihnya kepada Dexter!
“Pak Fitra mengalami kejadian
tidak enak seperti ini di wilayahku, tidak perlu sungkan begitu, kedepannya
bisnis kami masih memerlukan bantuan dari Pak Fitra….”
Dexter tersenyum tenang.
Segera, Fitra membawa Raffi
menuju ruangan tempat Dave dan yang lainnya berada, diikuti oleh belasan preman
KTV!
Pada saat itu di ruangan VIP,
Billy dan yang lainnya sedang menikmati Lafite, wajah mereka memerah dan mereka
berteriak dengan semangat, tiba–tiba pintu ruangan ditendang hingga terbuka!
Semua orang tercengang, dan
saat melihat pria paruh baya itu kembali dengan membawa orang. wajah mereka
satu per satu menunjukkan keterkejutan, karena kali ini mereka membawa belasan
orang dengan wajah yang sangar!
“Pak Fitra, tadi siapa yang
memukuli bawahanmu?”
Raffi bertanya kepada Fitra.
Fitra menunjuk Billy dan
berkata : “Dia, bocah itu yang memukuli bawahanku!”
Rafli menatap dan menilai Billy
sekilas, lalu menyapu seisi ruangan, dan langsung mengetahui kalau mereka
hanyalah orang biasa, bukan preman ataupun anggota mafia.
“Kamu yang tadi memukuli
bawahannya Pak Fitra?” Rafli berjalan kehadapan Billy dan berkata dengan
tenang.
Melihat wajah sangar Raffi dan
tato yang ada di lengannya, Billy sedikit ketakutan tapi karena sudah mabuk,
dia tetap mengangguk : “Benar, saya yang memukulinya, dia melecehkan pacarku!”
Post a Comment for "Perintah Kaisar Naga ~ Bab 94"